ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

A. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai Asuhan Esensial Neonatal yang meliputi:

1. Persalinan bersih dan aman
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau Indikasi yang tepat

2. Memulai/inisiasi pernafasan spontan
Begitu bayi baru lahir segera lakukan inisiasi pernafasan spontan dengan melakukan penilaian awal, sebagai berikut
a. Nilai bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30 detik)
b. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut:
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat
c. Bila kelima jawaban diatas "YA" maka lakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagi berikut;
 Bila keringkan bayi dengan kain/handuk yang bersih, kering, hangat, kemudian lingkupi tubuh bayi dengan kain /handuk kering dan hangat yang lain.
 Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya. Tidak perlu dilakukan penghisapan lender
 Hangatkan tubuh bayi (selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri tutup kepala)
 Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional dan pemberian asi secara dini
d. Salah satu jawaban "TIDAK" maka segera lakukan langkah awal RESUSITASI bayi baru lahir
e. Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan stimulasi.

3. Stabilitas temperature tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat
Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermi, meskipun berada dalam ruangan yang relative hangat. Mekanisme Kehilangan panas pada bayi baru lahir ;
a. Evaporasi : kehilangan panas pada tubuh terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan
b. Konduksi : Kehilangan panas melalui kontak langsung antar tubuh bayi dengan permukaan yang dingin
c. Konveksi : Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin
d. Radiasi : Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh bayi
Upaya untuk mencegah kehilangan panas:
 Keringkan bayi secara seksama
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
 Tutupi kepala bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir setidak¬tidaknya 6 jam setelah lahir
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi berikut:
a. Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi.
b. Sebelum memandikan bayi pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah stabil (temperature aksila antara 36,5 C-37,5 C)
c. Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan
d. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan
e. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
g. Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik
h. Tempatkan bayi di tempat tidur yang lama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi harus ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibu nya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi

4. ASI Dini dan Eksklusif
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam 30 menit setelah bayi tahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Tenteramkan ibu bahwa penolong akan membantu ibu menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi selesai dikerjakan.

Keuntungan pemberian ASI secara dini:
a. Merangsang produksi ASI
b. Memperkuat refleks menghisap (reflek menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi
c. Mempromosikan hubungan emosional antar ibu dan bayinya
d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
e. Merangsang kontraksi uterus
Pedoman Umum Untuk Ibu Menyusui
a. Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama
b. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air madu, larutan air gula atau pengganti air susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak cukup memiliki air susu sehingga bayi memerlukan asupan susu buatan tambahan (Enkin, et at, 2000)
c. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupan
d. Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
5. Pencegahan Infeksl
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat.melakukan penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini:
a. Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan penanganan bayi baru lahir
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterile. Jika menggunakan bola karet penghisap pakai yang bersih dan baru (Jangan pernah menggunakan boal karet penghisap dari satu bayi ke bayi yang lain)
d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih
e. Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, steteskope dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontarninasi, cuci, dan keringkan setiap kali setelah digunakan).
Dalam waktu satu jam setelah kelahiran berikan obat tetes mata /salep pada bayi baru lahir untuk mencegah oftalmia neonatorum, salep mata yang bisa dipakai yaitu tetrasikilin 1%, larutan perak nirat 1% atau eritromisin 0,5%. Biarkan obatnya tetap dimata bayi jangan dibersihkan salep atau obat mata yang berada di sekitar roata.

B. Jadwal Kunjungan Ulang
1. 2 jam setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI

2. 6 jam setelah porsalinan
 Tunggu enam jam atau lebih setelah kelahiran bayi sebelum dimandikan. Jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuhnya tunda dalam waktu yang lebih lama lagi untuk memandikan bayi. Periksa suhu tubuh bayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus berkisar antara 36-37 C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat. Mandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan.
 Periksa suhu tubuh bayi setiap jam jika suhu tubuh bayi tidak naik segera rujuk bayi ke rumah sakit. Anjurkan ibu untuk terus menyusui bayinya dan pertahankan terus kontak kulit ibu bayi dengan membiarkan bayi yang diselimuti dalam pelukan ibu.
 Beritahu ibu dan keluarga jika dalam 24 jam.bayi tidak mengeluarkan urine atau mekonium segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
 Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.

3. Hari ke 3, Minggu ke 2 dan minggu ke 6
Tanyakan pada ibu dan suami/keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayinya
 Berikan penyuluhan kepada ibu cara merawat bayinya.
 Periksalah tali pusat bayi
 Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau menyusu, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil dan besar serta bentuk fecesnya.
 Perhatikan warna kulit bayi apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga postpartum adalah fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun bila ikterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk.
 Perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik (amati apakah ada kesulitan atau masalah)
 Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sedikitnya 4 sampai 6 bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur makanan tambahan sebelum bayi berumur 4 bulan.
 Catat dengan tepat semua data yang ditemukan
 Jika bayi meninggal penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/pronfnsi/nasional
 Beritahu ibu jangan memberikan sesuatu apapun pada tali pusat bayi. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
 Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti :
• Kegagalan menyusu terjadi secara berkala
• Tidak buang air kecil beberapa kali sehari (kurang dan 6-8 kali sehari)
• Bayi kuning
• Muntah atau diare
• Merah, bengkak atau keluamya cairan dari tali pusat
• Demam suhu > 37,5 C

C. Menajemen Bayi Baru Lahir dan Neonatus
1. Pengkajian
a. Tanyakan tentang gejala yang berkaitan dengan kondisi bayi:
• Apakah bayi cukup menyusu
• Apakah bayi ada buang air kecil dan besar
• Apakah ada gejala demam pada bayi
• Apakah ada tanda infeksi pads tali pusat bayi
• Apakah air ketuban jaemih, tidak bercampur mekonium ?
• Apakah bayi bemafas spontan ?
• Apakah kulit bayi berwama kemerahan ?
• Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup ?
• Apakah ini kehamilan cukup bulan ?
b. Kemudian lakukan pemeriksaan
• Tanda Vital (suhu, nadi, tensi, pemafasan)
• Berat badan
• Kondisi janin
c. Mencatat semua hasil pemeriksaan terhadap bayi di dalam patograf

2. Melakukan Indentifikasi masalah dan diagnosa
Melakukan identifikasi masalah dan menegakkan diagnosa berdasarkan dari hasil pengkajian

3. Mengantisipasi masalah
4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
5. Merencanakan Asuhan : sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yaitu standar 13,14 dan 15
6. Melaksanakan Rencana Asuhan Persalinan : sesuai standar 13,14 dan 15
7. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan