ASKEP PENYALAH GUNAAN DAN KETERGANTUNGAN ZAT ADIKTIF

A. TEORITIS
1. Pengertian
Ketergantungan obat adalah kebutuhan secara psikologis terhadap suatu obat dalam jumlah yang makin lama makin bertambah besar untuk menghasilkan efek yang diharapkan
Menurut WHO merupakan gabungan berbagai bentuk penyalahgunaan obat dan didefenisiskan sebagai suatu keadaan psikis maupun fisik yang terjadi karena interaksi suatu obat dengan organisme hidup. Hal ini termasuk reaksi perilaku dan selalu terpaksa menggunakan obat secara periodik untuk mengalami efekpsikis dan mencegah efek yang tidak enak karena kehilangan obat tersebut.
2. Jenis-jenis zat adiktif
a. Sedativa
Golongan yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin dan barbiturat serta metabolitnya dapat melalui plasenta. Kadarnya sama dengan kadar dalam darah ibu selama 5-10 menit setelah pemberian intravena. Kadar pada neonatus lebih besar 1-3 kali dibandingkan dalam serum ibu. Pemakaian dengan dosis 30-40 mg perhari dalam waktu lama akan menyebabkan komplikasi pada bayi baru lahir.
Terdapat 2 sindroma mayor komplikasi janin akibat penggunaan diazepam:
-floopy infant syndrome: terdiri atas hipotonia, letargi, kesulitan mengisap.
-withdrawal syndrome: terdiri atas pertumbuhan janin terhambat, tremor, iritabilitas, hipertonus, diare, muntah, menghisap dengan kuat.
b. Heroin
Mempunyai kemampuan menstimulasi sejumlah reseptor spesifik pada susunan saraf pusat. Reseptor mu (bertanggung jawab pada tingkat supraspinal yang menyebabkan analgesia, euforia,depresi pernafasan, dan ketergantungan fisik), reseptor kappa (bekerja pada spinaldan menyebabkan miosis dan sedasi) dan reseptor sigma (efek perangsangan jantung, disforia, dan halusinogenik).
c. Kokain
Kokain adalh obat vasoaktif dan dapt menyebabkan masalah pada bayi secara sekunder karena kerusakan plasenta atau melalui efek langsung pada pembeuluh darah janin. Ada 2 jenis kokain: murni berupa serbuk putih dan yang telah dicampur dengan soda kue/ sodium karbonat kemudian direbus sampai airnya menguap dan tinggal kerak cokelat jenis in lebih adiktif dan berbahaya. Kokain dengan cepat diabsorpsi dan masuk dalam darah serta menghasilkan efek dalam 6-8 menit. Adiksi kokain mengganggu psikologik, dan sulit diobati. Kokain diabsorbsi dengan cepat pada semua membran mukosa dan menghambat reuptake presinaps dari katekolaminpada neuron terminal. Akumulasi ini menyebabkan peningkatan tonus simpatis dan vasokontriksi serta menimbulkan euforia, peningkatan denyut jantung, hiperglikemia, hiperpireksia, dan midridiasis. Vasokontriksi koroner akan mengakibatkan spasme, angina pektoris, infark miokard akut, aritmia jantung , dan bahkan kematian mendadak. Dapat pula terjadi perdarahan subarakhnoid bila sebelumnya ada stroke hemoragik, dan nekrosis usus.
Komplikasi maternal dapat berupa hipertensi maligna , iskemia janutng, infark miokard bahkan kematian. Bayi pemakaian kokain dengan berat badan lahir rendah beresiko mengalami perdarahan intraventrikuler dan keterlambatan penanganan. Ibu hamil pengguna kokain beresiko terjadi terjadi ketuban pecah dini 20%, pertumbuhan janin terhambat 25-30%, persalinan kurang bulan 25%, perawatan mekonium dalam air ketuban 20% dan solusio plasenta 6-10%.
d. Alkohol
Fetal alcohol syndrome = FAS untuk menggambarkan gejala yang berhubungan dengan pemekaian alkohol yang berat berupa: defisiensi pertumbuhan pre dan postnatal, gangguan sistem saraf pusat yangberpengaruh terhadap kecerdasan dan perilak, muka yang khas ditandai dengan posisi telinga yang rendah dan tidak paralel, philtrum yang khas yang ditandai pendek dan datar, muka yang panjang, kepala kecil, hidung pendek, malformasi organ terutama pada jantung berupa defek septum, dapat pula terjadi hipoplasia ginjal, divertikulum buli-buli, dan gangguan traktus urogenitalis yang lain, serta deformitas anggota gerak.
Jenis Dan Kadar Minuman Beralkohol:
• Bir
Merupakan hasil fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Mengandung alkohol sebesar 3-6%
• Wine
Dihasilkan dari fermentasi sari buah anggur. Sari buah lain yang juga bisa digunakan adalah buah pir, apel, beri dan bunga dandelions. Mengandung alkohol sebesar 10-14%
• Liquor
Minuman beralkohol yang dibuat dengan proses penyulingan lalu digabungkan dengan aroma dan cita rasa lain seperti jeruk. Biasanya mengandung gula dan alkohol 30-35%
• Vodka
Dikenal sebagai minuman tradisional Rusia. Biasanya merupakan hasil penyulingan dari fermentasi bubur gandum. Mengandung 40% alkohol.
• Rum
Dihasilkan dari penyulingan berbagai produk fermentasi gula tebu. Umumnya yang dicampur untuk pembuatan rum adalah sirup gula dan air. Kadar alkoholnya 40-75%.
• Gin
Merupakan hasil penyulingan dari fermentasi biji-bijian. Biasanya cita rasa didapat dengan mencampurkan juniper berries (sejenis buah beri). Memiliki kadar alkohol 40-45%
• Brandy
Minuman beralkohol ini dihasilkan dari penyulingan wine dari anggur. Kandungan alkoholnya adalah 40-50%
• Wiski
Sejenis liquor yang merupakan hasil penyulingan dari bubur biji-bijian. Kadar alkoholnya 40-50%.
e. Metamfetamin
Metabolit aktif metamfetamin ialah: amfetamin, suatu stimulan SSP bentuk bubuk metamfetamin dikenal sebagai “ SPEED” dan “METH”. Angka melahirkan bayi prematur dan memiliki neonatus yang mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dal lingkar kepala yang kecil , lebih tinggi dibandingkan kelompok wanita yang tidak menggunakan obat (oro,dikson 1987) pola perilaku neonatus berubah ditandai dengan perilaku tidur yang abnormal, perilaku minum yang buruk, tremor dan hipertonia. Gejala putus obat dapat diatasi dengan fenobarbital atau tingtur alkohol opium (paregoric)
f. Mariyuana
Mariyuana merupakan obat terlarang yangpaling umum digunakan selama masa hamil, dapat dihisap dalam rokok, pipa, pipa air, atau dicampur kedalam makanan.obat ini menimbulkan keracunan (intosikasi) dan sensori “tinggi (melayang). Mariyuana dengan mudah dapat menembus plasenta dan dapat meningkatkan kadar monoksida dalam darah ibu, yang dapat menurunkan oksigen dalam darah janin.
g. Fenisiklidin
Fenisiklidin adalah obat sintesis yang dikenal dengan berbagai nama (peace pil, angle dust, hog). Beberapa efeknya menyerupai skizofrenia, para penggunanya dapat dimasukan keunit psikiatri. PCP cenderung digunakan dalam berbagai kombinasi alkohol, kokain dan mariyuana, efek khusus pada kehamilan, janin dan neonatus belum di identifikasi.
h. Tembakau
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus, solusio plasenta, insufisiensi plasenta, berat badan lahir rendah, dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan sindroma kematian kematian bayi mendadak. Perempuan yang merokok kehamilan trisemester keua dan tiga mempunyai resiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir dari seorang perokok bukan hanya mempunyai BBLR, tetapi juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil, pH tali pusat yang rendah dan menunjukan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan neurologik.
3. Proses terjadinya masalah
Proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu yaitu: opiat, amfetamin, canabis dan alkohol.
1) Rentang Respons Kimiawi
Perlu diingat bahwa pada rentang respons tidak semua individu yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan (Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia, 1998).
2) Perilaku
3) Faktor penyebab.
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi:
a. Faktor biologic
• Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol
• Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman
b. Faktor psikologik
• Tipe kepribadian ketergantungan
• Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan waktu masa kanak kanak
• Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
• Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
• Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi
c. Faktor sosiokultural
• Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
• Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana
• Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
• Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:
• penyangkalan (denial) terhadap masalah
• rasionalisasi
• memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya
• mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
d. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif.
b. Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan malnutrisi metode pemberian obat / efek obat
d. Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat
e. Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh dan kehamilan
f. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk mengenali dan mengungkapkan kemarahan
g. Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan menggunakan obat, efek zat yang digunakan.\

3. Intervensi
a. Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat
Hasil yang diharapkan:
persalinan pasien yang prematur akan disupresi
intervensi:
Memantau terapi tokolisis melalui IV
Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi
Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah baring, dan menjaga kebersihan
Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang pemberian obat oral dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa dan bagaimana melaporkannya: sumber orang yang dapat dihubungi saat diperlukan.
Rasional:
Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali tanda dini toksisitas
Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil keputusan sehingga ia akan merasa lebih kuat
Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan : merupakan proses yang membantu dalam mengembangkan keterampilan koping yang baru; kepercayaan perawat dapat membantu pasien dalam mengembangkan harga diri, yang bisa membantu pasien melewati sisi hidupnya yang lain.
Evaluasi:
Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas
Pasien mampu mematuhi tirah baring
Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak terjadi.
b. Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya
Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa menggunakan kokain
Intervensi:
Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya
Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah
Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat
Rasional:
Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak tepat
Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan pelaksanaan aktivitas
Evaluasi:
Klien mampu menggunakan pernyataan positif “saya”
Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk kelahiran aterm
Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan perawat di klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari obat selama sisa masa hamilnya.
c. Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif
Hasil yang diharapkan:
Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Intervensi
Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin
Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal, lingkungan, dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai
Rasional
Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil
Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan kesukaannya
Evaluasi
Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn kehamilannya trimester ketiga
Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan kesukaan dalam pilihan makanan.











BAB III
PEMBAHASAN
1. Analisis dan Efek Samping Pada Ibu dan Janin
a. Sedativa-Hipnotika
Dalam dunia kedokteran, zat adiktif sedative-hipnotika digunakan sebagai zat penenang yang dikenal juga dengan sebutan pil BK dan magadon.
Pemakaian sedative-hipkotiva dalam dosis kecil menenangkan. Sedangkan dalam dosis besar menidurkan. Tanda-tanda gejala pemakaiannya yaitu mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malasi daya pikir, menurun, bicara dan tindakan lambat.
Tanda-tanda gejala putus obat, yaitu gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik dan kejang-kejang.
b. Heroin
Segera setelah penyuntikan (atau inhalasi), heroin melintasi penghalang darah-otak. Dalam otak, heroin dikonversi menjadi morfin dan cepat mengikat pada reseptor opioid. Pelaku biasanya mengalami perasaan gelombang dan sensasi menyenangkan, serta tergesa-gesa. Intensitas terburu-buru adalah fungsi dari berapa banyak obat yang diambil dan seberapa cepat obat tersebut memasuki otak dan mengikat ke reseptor opioid alami.
Efek jangka pendek heroin :
 Tergesa-gesa “rush”
 Respirasi Tertekan
 Mendung fungsi mental
 Mual dan muntah
 Penindasan sakit
 Aborsi spontan
Heroin sangat adiktif karena memasuki otak begitu cepat. Dengan heroin, terburu-buru biasanya disertai dengan pembilasan hangat dari kulit, mulut kering, dan terasa berat di kaki, yang mungkin disertai mual, muntah, dan gatal-gatal parah.
Setelah efek awal, pelaku biasanya akan mengantuk selama beberapa jam. Mental fungsi mendung oleh efek heroin pada sistem saraf pusat fungsi jantung lambat. Pernapasan juga sangat lambat, kadang-kadang hampir mati. Overdosis heroin merupakan risiko khusus di jalan, di mana jumlah dan kemurnian obat tidak dapat diketahui secara akurat.
Efek jangka panjang heroin :
 Addiction (Kecanduan)
 Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS - hepatitis B & C
 Infeksi bakteri
 Abses
 Infeksi pada lapisan jantung dan katup.
 Arthritis dan masalah rematik lainnya
Penyalahgunaan heroin pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius selama kehamilan, termasuk pengiriman keguguran dan premature Anak-anak yang lahir dari ibu kecanduan beresiko besar SIDS (sindrom kematian bayi mendadak). Wanita hamil tidak boleh didetoksifikasi dari opiat karena peningkatan risiko abortus spontan atau kelahiran prematur, melainkan, pengobatan dengan metadon sangat disarankan. Meskipun bayi yang lahir dari ibu yg ketergantungan metadon dapat menunjukkan tanda-tanda ketergantungan fisik, mereka dapat diobati dengan mudah. Penelitian juga menunjukkan bahwa efek dalam paparan rahim untuk metadon relatif jinak.
c. Kokain
Efek kokain, sama dengan amfetamin disertai stimulasi SSP jangka pendek. Ada hambatan dalam ambilan ulang katekolamin, yang mengakibatkan kadar norepinefrin, serotonin, dan domain tinggi. Hal ini mengakibatkan penyalahguna kokain terjaga berlebihan. Kokain meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonin dengan cepat dan menurunkan kadar kedua zat tersebut dengan tiba-tiba.
Sistem biokimia norepinefrin, serotonin, dan dopamin memainkan peran utama mengatur mood dan kesehatan mental.
d. Alkohol
Alkohol atau etanol bersifat larut dalam air sehingga akan benar-benar mencapai setiap sel setelah dikonsumsi. Alkohol yang dikonsumsi akan diserap masuk melalui saluran pernafasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk kedalam lambung dan diserap oleh usus kecil. Hanya 5-15% yang diekskresikan secara langsung melalui paru-paru, keringat dan urin. Pernah dibuktikan bagaimana cepat dan mudahnya alkohol diserap oleh tubuh manusia.
Alkohol sangat mudah terdistribusi masuk ke dalam saluran darah janin melalui darah ibunya dan dapat merusak sel-sel pada janin. Sel-sel utama yang menjadi target kerusakan adalah pada otak dan medula spinalis. Fetal alcohol syndrome (FAS) menggambarkan rentang efek alkohol terhadap janin hingga bayi yang dilahirkan mengalami kelainan fisik dan mental. Efeknya bervariasi dari ringan sampai sedang. Beberapa efek alkohol terhadap janin antara lain adalah :
• Bentuk wajah yang ganjil. Bayi mungkin akan memiliki kepala kecil, dengan muka datar, dan mata yang hanya bisa membuka sedikit. Dan keadaan ini makin kelihatan nyata ketika anak berusia 2-3 tahun.
• Gangguan pertumbuhan. Anak yang terpapar alkohol saat masih dalam kandungan akan tumbuh lebih lambat daripada anak yang normal.
• Masalah belajar dan perilaku. Hal ini karena alcohol juga akan mempengaruhi fungsi otak anak.
• Cacat lahir. Selain dengan bentuk wajah ganjil, bayi mungkin akan mengalami kecacatan pada berbagai bagian tubuh.
Biasanya, bayi akan lahir dengan bentuk otot tubuh dan kepala yang terlalu kecil. Selain itu, bayi yang dikandung kemungkinan besar juga akan mengalami gangguan pada pendengaran, penglihatan, dan juga masalah kecanduan alkohol serta gangguan pada pelakunya.
e. Marijuana
Komponen aktifnya adalah delta-9-tetrahidrokannabinol, dimetabolisme di hepar, 2 minggu setelah pemakaian masih dapat dideteksi dalam urin. Bila dihisap kurang dari 2jam, sedang penggunaan oral efeknya mencapai 30-120 menit dan berakhir 5-7 jam.
Risiko maternal : mempunyai efek karsinogenik lebih kuat, menimbulkan inflamasi paru yang luas, menghambat produksi makrofag paru.
Risiko perinatal : lipatan epiknatal lebih berat,hipertelorisme, pertumbuhan janin terhambat,partus prematurus,partus presipitatus, risiko menunjang waktu persalinan serta partus macet, komplikasi dalam air ketuban.

f. Fenisiklidin (PCP)
Setelah digunakan, PCP mengendap di otak dan lemak tubuh selama waktu yang lama. Obat ini dapat menembus plasenta dan cenderung ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam jaringan janin dari pada dalam jaringan maternal.
g. Tembakau
Nikotin menyebabkan pembuluh darah plasenta vasokontriksi dan karbonmonoksida menonaktifkan Hb maternal dan janin, yang penting untuk mentranspor oksigen ke janin.
Paparan asap tembakau pada ibu hamil dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan janin dan pertumbuhan bayi serta katian pada bayi baru lahir. Namun, yang paling menonjol adalah kelahiran bayi premature dan BBLR. Masalah pernafasan dan sindrom kematian mendadak bayi juga umum terjadi.
2. Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:
• penyangkalan (denial) terhadap masalah
• rasionalisasi
• memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya
• mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
d. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien


2.Diagnosa Keperawatan
• Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif.
• Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan malnutrisi metode pemberian obat / efek obat
• Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat
• Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh dan kehamilan
• Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk mengenali dan mengungkapkan kemarahan
• Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan menggunakan obat, efek zat yang digunakan.
3. Intervensi
• Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat
Hasil yang diharapkan:
persalinan pasien yang prematur akan disupresi
intervensi:
Memantau terapi tokolisis melalui IV
Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi
Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah baring, dan menjaga kebersihan
Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang pemberian obat oral dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa dan bagaimana melaporkannya: sumber orang yang dapat dihubungi saat diperlukan.

Rasional:
Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali tanda dini toksisitas
Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil keputusan sehingga ia akan merasa lebih kuat
Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan : merupakan proses yang membantu dalam mengembangkan keterampilan koping yang baru; kepercayaan perawat dapat membantu pasien dalam mengembangkan harga diri, yang bisa membantu pasien melewati sisi hidupnya yang lain.
Evaluasi:
Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas
Pasien mampu mematuhi tirah baring
Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak terjadi.
• Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya
Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa menggunakan kokain
Intervensi:
Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya
Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah
Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat
Rasional:
Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak tepat
Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan pelaksanaan aktivitas
Evaluasi:
Klien mampu menggunakan pernyataan positif “saya”
Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk kelahiran aterm
Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan perawat di klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari obat selama sisa masa hamilnya.
• Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif
Hasil yang diharapkan:
Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Intervensi
Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin
Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal, lingkungan, dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai
Rasional
Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil
Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan kesukaannya
Evaluasi
Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn kehamilannya trimester ketiga
Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan kesukaan dalam pilihan makanan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, tidak terkecuali pada ibu hamil.
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil, dalam penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal terhadap si janin (calon bayi). Hal ini terlihat jelas dengan semakin meningkatnya angka kematian bayi baru lahir dan BBLR, dengan riwayat si Ibu ketergantungan obat.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
B. Saran
Penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua untuk ilmu yang lebih membangun. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, I.JBuku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta: 1995
Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC: 1995
Bobak, Lowdermig, Jensen. Buku Keperawatan Maternitas Edisi 4, EGC, Jakarta:2004