EFEK SAMPING KB

PENDAHULUAN

Mengukur dan keamanan dari berbagai metode keluarga berencana juga sulit dilakukan, tetapi alasannya dalma hal ini adalah bahwa sebagian besar metode sudah sedemikian aman sehingga kejadian merugikan yang serius sangat jarang dijumpai. Kejadian merugikan yang kurang serius sering kali cukup bersifat subjektif. Kemungkinan mengalami efek samping suatu metode, serius atau tidak, dapat diperkecil dengan mematuhi kontraindikasi pemakaiannya.
WHO baru-baru ini meninjau ulang kontraindikasi semua metode utama kontrasepsi dan mengembangkan suatu sistem altrnatif yang disebut “ kriteria kelayakan medis “. Untuk setiap metode, WHO menetukan apakah tidak ada atau jarang ada kondisi medis yang menyebabkan suatu metode tidak dianjurkan pemakaiannya, atau apakah terdapat kontraindikatif relatif.
Seiring dengan munculnya metode baru dan telah disempurnakan, dan meningkatnya pengetahuan mengenai bagaimana mengurangi risiko dari metode-metode yang ada sehingga menjadi lebih aman. Keluarga berencana merupakan area model bagi ilmu kesehatan dalam aspek kemajuan otonomi dan tanggung jawab pemakai. Tantangan di masa mendatang adalah bagaimana mengembangkan metode yang lebih baik dan lebih beragam, dan membantu akseptor mengkombinasikan metode-metode yang ada untuk menciptakan strategi yang memenuhi kebutuhan mereka.


MACAM-MACAM EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI
1. Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Keterbatasannya:
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar selama menyusui dalam waktu 30 menit pasca persalinan
b. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
d. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS

2. Kondom
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi
b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
c. Agak mengganggu hubungan seksual
d. Pada beberapa pasagan, pemakaina kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten
e. Dapat menyebabkan alergi
f. Beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
g. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
h. Beberapa klien malu utnuk membeli kondom di tempat umum
i. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.
3. PIL
a. Amenorea ( tidak ada perdarahan, atau spotting )
b. Mual, pusing, atau muntah ( akibat reaksi anafilaktik )
c. Perdarhan per vaginam/spotting
d. Perubahan berat badan
e. Tidak boleh pada ibu yang menyusui
f. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan
g. Tidak mencegah IMS


4. Suntik
a. Terjadi perubahan pola haid
b. Mual, sakit kepala
c. Nyeri payudara
d. Perubahan berat badan

5. AKDR
a. Amenorea
b. Kram
c. Perdarahan hebat atau berkepanjangan
d. Dismenorea
e. Gangguan menstruasi
f. Anemia
g. Kehamilan ektopik
h. Aborsi sepsis spontan
i. Perforasi serviks atau uterus
j. AKDR terlepas
k. Benang hilang
l. Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul

6. Norplant
a. Amenorea
b. Perdarahan bercak ( spotting ) ringan
c. Ekspulsi
d. Infeksi pada daerah insersi
e. Berat badan naik/turun

7. Tubektomi
a. Infeksi luka
b. Demam pasca operasi ( > 38˚ C )
c. Luka pada kandung kemih, intestinal ( jarang terjadi )
d. Hematoma ( subkutan )
e. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparaskopi ( sangat jarang terjadi)
f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan
g. Perdarahan superfisial ( tepi kulit atau subkutan )


8. Vasektomi
a. Infeksi kulit pada daerah operasi
b. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien