KELUARGA BERENCANA

KELUARGA BERENCANA

I. PENDAHULUAN

Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repe- lita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ke-sejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga beren- cana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi ke-mampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehi- dupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih me-ningkat.
Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka- rela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidik- an serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk me-ningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksa-naan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi ber- bagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.
Organisasi pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I mengalami perkembangan-perkembangan. Kegiatan secara ter-organisir mulai dirintis dengan didirikannya Perkumpulan Ke-luarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957. Akan tetapi barulah sejak tahun 1968 dengan dibentuknya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), kegiatan keluarga


berencana telah ditingkatkan menjadi suatu program nasio- nal. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan keluarga be-rencana, dibutuhkan (penyempurnaan organisasi, sehingga dalam tahun 1970 LKBN telah dirubah menjadi Badan Koor-dinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya dalam Repelita I terus dilakukan usaha-usaha penyempurnaan organisasi BKKBN.
Untuk lebih mengembangkan pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I telah dimanfaatkan pula berbagai bantuan luar negeri yang serasi dengan pola kebijaksanaan nasional untuk program keluarga berencana.
Selama masa Repelita I pelaksanaan program keluarga be-rencana di pusatkan di daerah Jawa dan Bali. Di daerah- daerah tersebut terdapat situasi kepadatan penduduk yang relatif lebih kritis keadaannya dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata bahwa di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali selama masa Repelita I telah dirintis pula usaha pelaksanaan keluarga be-rencana oleh pelbagai organisasi kemasyarakatan serta Peme-rintah Daerah yang bersangkutan.
Pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi, pelayanan medis, pendidikan dan latihan, pengembangan logistik, penca¬tatan dan pelaporan serta penelitian dan penilaian kegiatan keluarga berencana.

II. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PERKEMBANG- AN HASIL YANG DICAPAI
1. Penerangan dan motivasi
Penerangan dan motivasi keluarga berencana dalam Repe- lita I terutama ditujukan untuk memberikan penerangan se-luas-luasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemung-kinan bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga.

Hal ini dilakukan baik melalui Penerangan umum, penerangan kelompok, penyuluhan wawan-muka, maupun melalui pendidik- an kependudukan.
a. Penerangan umum.
Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui surat-surat kabar, majalah, kantor berita, siaran radio, TVRI, lagu-lagu populer keluarga berencana, pembuatan film cerita dan dokumenter tentang keluarga berencana, penerbitan-pener-bitan, spanduk-spanduk, papan bergambar, stempel pos pada surat-surat, perangko keluarga berencana dan lambang kelu- arga berencana pada mata uang logam.
b. Penerangan kelompok.
Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan yang diberikan kepada seminar/raker/pertemuan berbagai ke-lompok masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga pene- rangan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelom-pok khusus masyarakat di daerah-daerah tertentu. Da1am rangka ini telah dilakukan pendekatan terhadap golongan-golongan "berpengaruh" dalam masyarakat yang diharapkan tidak hanya akan menjadi penghubung dan penyebar gagasan keluarga berencana, akan tetapi diharapkan menjadi "orang contoh" dalam pelaksanaan keluarga berencana. Untuk itu selama Repelita I telah dilakukan pendekatan secara khusus terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organi-sasi karyawan swasta dan pemerintah, organisasi pemuda, pe-lajar, cendekiawan, kalangan Angkatan Bersenjata, usahawan dan lain sebagainya.
c. Penyuluhan wawan-muka.
Perhatian yang telah timbul dari kalangan masyarakat ter-hadap program keluarga berencana segera membutuhkan penggarapan yang lebih bersifat perorangan agar kesadaran

yang telah berkembang tersebut dapat tumbuh menjadi tin- dakan melaksanakan keluarga berencana. Hal ini dilakukan melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa pendekatan secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka yang telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan jumlah akseptor baru terus bertambah dan bersamaan dengan itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat terus diper-tahankan. Kegiatan penyuluhan wawan-muka tersebut untuk sebagian besar dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Oleh karena itu selama Repelita I jumlah tenaga PLKB terus ditingkatkan. Dalam tahun 1969/70 dan tahun 1970/71 belum terdapat tenaga PLKB yang terorganisir. Sejak tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang tenaga PLKB, kemudian dalam tahun 1972/73 terdapat tambahan 3.774 orang dan kemudian dalam tahun 1973/74 tercatat PLKB baru sejum- lah 5.969 orang (Tabel XII — 1).

1 Tinggalkan komentar: