Angka kekurangan gizi pada balita di Indonesia saat ini masih mencapai 25,8 persen dan pemerintah menargetkan pengurangannya menjadi 20 persen di akhir tahun 2009.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Negara PPN/Bappenas, DR Drs Arum Atwikarta SKM MPH, mengemukakan hal itu di Mataram, Sabtu, saat mempresentasikan makalah berjudul Peran Gizi Dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Makalah itu dipresentasikan dalam seminar sehari bertopik "Setengah Abad Perbaikan Gizi Anak di NTB" yang antara lain disponsori perusahaan penyedap rasa Aji-No-Moto.
"Dalam tahun 2009 sasaran penurunan angka kekurangan gizi balita dari 25,8 menjadi 20 persen dan menurut prediksi berbagai kalangan hal itu dapat dicapai," ujarnya.
Atwikarta mengatakan, kekurangan gizi di kalangan balita itu lebih disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi dan rendahnya daya beli masyarakat termasuk minimnya ketersediaan pangan.
Karena itu, pemerintah terus berupaya menurunkan angka balita kekurangan gizi karena hal itu berpengaruh terhadap pencapaian tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada 2025.
MDGs merupakan paket program berisi tujuan yang mempunyai batas waktu tertentu dan terukur untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan, penyakit, buta aksara, penurunan kualitas lingkungan dan diskriminasi perempuan.
Namun, upaya pemerintah itu harus didukung berbagai komponen masyarakat karena masalah gizi di Indonesia bukan hanya merupakan masalah kesehatan masyarakat tetapi menyangkut pembangunan bangsa.
"Gizi juga berperan dalam peningkatan kualitas SDM yang diukur melalui IPM dan indeks kemiskinan manusia atau Human Poverty Index (HPI)," ujarnya.
Diakui Atwikarta, dalam kurun waktu tiga tahun (2005-2007) kasus gizi kurang dan gizi buruk mengalami penurunan drastis (mencapai 10 persen) namun kesenjangan antara komunitas kaya dan miskin tidak berkurang secara berarti.
Karena itu, dibutuhkan strategi (road map) dalam mengimplementasikan program perbaikan gizi yang eksplisit dan koheren dengan arah yang jelas dan kongkrit bagi semua pihak dan mencapai tujuan MDGs dan peningkatan IPM.
Dia menyebut upaya peningkatan IPM menuju pencapaian tujuan MDGs yakni meningkatkan usia harapan hidup yang mengacu kepada angka kematian bayi (AKB), meningkatkan melek huruf (mengurangi buta huruf), meningkatkan rata-rata lama sekolah dan meningkatkan pendapat per kapita.
"Upaya itu itu akan terlihat dari kondisi riil di lapangan yakni kualitas SDM yang makin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya IPM dan Indeks Pembangunan Global (IPG)," ujarnya. (kpl/boo)