PENAGANAN EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI

PENDAHULUAN

Mengukur dan keamanan dari berbagai metode keluarga berencana juga sulit dilakukan, tetapi alasannya dalma hal ini adalah bahwa sebagian besar metode sudah sedemikian aman sehingga kejadian merugikan yang serius sangat jarang dijumpai. Kejadian merugikan yang kurang serius sering kali cukup bersifat subjektif. Kemungkinan mengalami efek samping suatu metode, serius atau tidak, dapat diperkecil dengan mematuhi kontraindikasi pemakaiannya.
WHO baru-baru ini meninjau ulang kontraindikasi semua metode utama kontrasepsi dan mengembangkan suatu sistem altrnatif yang disebut “ kriteria kelayakan medis “. Untuk setiap metode, WHO menetukan apakah tidak ada atau jarang ada kondisi medis yang menyebabkan suatu metode tidak dianjurkan pemakaiannya, atau apakah terdapat kontraindikatif relatif.
Seiring dengan munculnya metode baru dan telah disempurnakan, dan meningkatnya pengetahuan mengenai bagaimana mengurangi risiko dari metode-metode yang ada sehingga menjadi lebih aman. Keluarga berencana merupakan area model bagi ilmu kesehatan dalam aspek kemajuan otonomi dan tanggung jawab pemakai. Tantangan di masa mendatang adalah bagaimana mengembangkan metode yang lebih baik dan lebih beragam, dan membantu akseptor mengkombinasikan metode-metode yang ada untuk menciptakan strategi yang memenuhi kebutuhan mereka.



PENAGANAN EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI
Ketika seorang wanita mengalami efek samping, bidan harus dapat memastikan efek samping itu terjadi pada tahap mana.
1. P I L
a. Efek samping berkurang secara spontan karena tubuh klien melakukan penyesuaian terhadap efek hormonal pil.
b. Berkesinambungan ( terjadi ketika efek samping muncul setelah bebera[a kali siklus penggunaan pil, tetapi dapat terjadi awal penggunaan pil ). Apabila efek samping tampaknya akan berlanjut, anda perlu mengganti pil dengan pil yang berbeda atau menghentikan penggunaan pil dan mulai menggunakan kontrasepsi lain sesuai pilihan klien
( apabila pil kontrasepsi diganti dengan pil yang kekuatan estrogrn da progesteronnya setara atau lebih besar, maka penggantian pil dapat dilakukan kapan saja selama siklus tersebut; apabila pil kontrasepsi diganti dengan pil yang kekuatan estrogen dan progesteronnya yang lebih kecil, maka penggantiannya harus dilakukan hanya pada awal siklus pil tersebut karena pil yang baru akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kontrol menstruasi normal; klien harus mendapat konseling bahwa tubuhnya akan sekali lagi mengalami penyesuaian terhadap keseimbangan hormonal yang berbeda dan beberapa efek samping sementara.)
c. Beberapa efek samping merupakan pertanda komplikasi yang lebih berat.
d. Bila terdapat amenorea  periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar, kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek estrogen tehadap endometrium. Coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 μg. Atau dosis estrogen tetap, tapi dosis progestin kurangi. Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil, dan yakonkan pasien, bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek pada janin.
e. Bila terdapat spotting  Tes kehamilan atau pemriksaan ginekologi. Sarankan minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting hal biasa terjadi pada 3 bulan pertam. Bila perdarahan/spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi sampai perdarahan teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila tetap spotting lanjutkan lagi dengan dosis yang sama atau ganti denga metode kontrasepsi yang lain.

2. Suntik
a. Amenorea  Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul di dalam rahim, Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen sdikit sekali pengaruhnya pada janin.
b. Mual/pusing/muntah  Pastikan tidak hamil. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
c. Perdarahan/spotting  Bila hamil rujuk. Bila tidak, cari penyebab perdarahan. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal yang biasa. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari
3. AKDR
a. Amenorea  Hami/tidak hamil??? Bila tidak jangan lepas AKDR. Bila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepaas AKDR apabila tali/benang terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan leih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas. Ada risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati.
b. Kejang  Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain. Tanggulangi penyebabnya. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan. Bila klien kejang berat, cabut AKDR dan bantu klien menentukan kontrasepsi yan lain.
c. Perdarahan hebat  Pastikan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Beri ibuprofen ( 800mg, 3 x sehari selama 1 minggu ) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi. AKDR memungkinkan dilepas bila klien menhendaki.
d. Benang Hilang  Tanyakan apa AKDR terlepas?? Apabila tidak hamil dan AKDR tidak telepas, berikan kondom.
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP  Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidia, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

4. Tubektomi
a. Infeksi luka  obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi
b. Demam pasca operasi  obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
c. Luka pada kandung kemih  Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
d. Hemotoma (subkutan)  gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati; hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
e. Rasa sakit pada lokasi pembedahan  Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan
f. Perdarahan superfisial (tepi kulit atau subkutan)  Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.



KESIMPULAN

Pada saat seorang wanita atau klien telah mengetahui dengan jelas dan dapat mengerti tentang efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang dipakai, maka ketika hal itu terjadi, kita sebagai bidan dan atau petugas kesehatan dapat segera melakukan penanganan sesuai apa yang dikeluhkan dan dirasakan oleh klien. Dan diharapkan dengan melakukan penanganan yang tepat dan benar maka klien merasa puas, sehingga periode kontrasepsinya dapat terus berjalan.